Rabu, 21 Januari 2015

Syarat Terbentuknya Suatu Negara

Syarat Terbentuknya Suatu Negara

Syarat berdirinya suatu negera adalah dengan adanya rakyat, wilayah, dan pemerintah yang berdaulat, sesuai dengan Konvensi Montevideo tahun 1933 oleh Mahfud MD disebut unsur konstitutif, sementara tambahan lainnya adalah unsur deklaratif (Pengakuan dari negara lainnya).
Jika salah satu dari ketiga syarat tersebut tidak dimiliki, maka tidak bisa disebut negara
  1. Rakyat (unsur konstitutif)
Rakyatlah yang memiliki kepentingan mewujudkan cita-cita dan harapan negara. Tidak mungkin negara tanpa rakyat, yang dimaksud adalah sekumpulan manusia yang disatukan oleh suatu wilayah tertentu serta tunduk pada kekuasaan negara
Rakyat dibedakan menjadi 2, penduduk dan bukan penduduk. Penduduk adalah sekumpulan orang yang telah memenuhi syarat administratif dari peraturan negara. Bukan penduduk adalah orang yang tidak memenuhi syarat tersebut.
Penduduk juga dibedakan menjadi 2, warga negara dan bukan warga negara. Warga negara adalah orang yang memenuhi syarat negara, sementara bukan warga negara adalah orang yang tidak memenuhi syarat tersebut seperti turis dan lain2
  1. Wilayah (unsur konstitutif)
Dibagi menjadi tiga bagian, yaitu darat, laut dan udara.
Darat memiliki garis batas/perbatasan dengan wilayah negara lain yang dijaga dengan ketat
Laut termasuk danau, sungai, selat dan teluk juga memiliki teritorial dan di luar itu disebut laut bebas
Udara berada di atas laut dan darat dan perbatasan udara juga memilii daerah teritorial yang diawasi dengan ketat.
  1. Pemerintah yang Berdaulat (unsur konstitutif)
Pengertian pemerintah ada dua, arti luas dan arti sempit.
Arti luas, adalah keseluruhan badan pengurus negara dan segala organisasi negara.
Arti sempit, adalah suatu badan pimpinan yang terdiri atas seseorang atau beberapa orang
  1. Pengakuan dari Negara Lain (unsur deklaratif)
Bersifat De Jure karena melibatkan hak dan kewajiban anggota masyarakat internasional.
Indonesia lahir secara de facto tanggal 17 Agustus saat proklamasi dan mendapat pengakuande jure tanggal 18 Agustus saat disahkannya UUD 1945 

Pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan

Pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan

Pada pukul 05.00 waktu Jawa tanggal 17 Agustus 1945, para pemimpin Indonesia dari golongan tua dan golongan muda keluar dari rumah Laksamana Maeda. Mereka pulang ke rumah masing-masing setelah berhasil merumuskan naskah proklamasi (baca artikel: Perumusan Teks Proklamasi). Mereka telah sepakat untuk memproklamasikan kemerdekaan pada pukul 10.30 waktu Jawa atau pukul 10.00 WIB sekarang. Sebelum pulang Bung Hatta berpesan kepada para pemuda yang bekerja di kantor berita dan pers, terutama B.M. Diah untuk memperbanyak teks proklamasi dan menyiarkannya ke seluruh dunia.
Pagi hari itu, rumah Soekarno dipadati oleh sejumlah massa pemuda yang berbaris dengan tertib. Untuk menjaga keamanan upacara pembacaan proklamasi, dr. Muwardi (Kepala Keamanan Ir. Soekarno) meminta kepada Cudanco Latief Hendraningrat untuk menugaskan anak buahnya berjaga-jaga di sekitar rumah Ir. Soekarno, sedangkan Wakil Walikota Soewirjo memerintahkan kepada Mr. Wilopo untuk mempersiapkan pengeras suara. Mr. Wilopo dan Nyonopranowo kemudian pergi ke rumah Gunawan pemilik Toko Radio Satria di Jl. Salemba Tengah 24 untuk meminjam mikrofon dan pengeras suara. Soediro yang pada waktu itu juga merangkap sebagai sekretaris Ir. Soekarno memerintahkan kepada S. Suhud (Komandan Pengawal Rumah Ir. Soekarno) untuk menyiapkan tiang bendera. Suhud kemudian mencari sebatang bambu di belakang rumah. Bendera yang akan dikibarkan sudah dipersiapkan oleh Nyonya Fatmawati.
Menjelang pukul 10.30 para pemimpin bangsa Indonesia telah berdatangan ke Jalan Pegangsaan Timur. Di antara mereka tampak Mr. A.A. Maramis, Ki Hajar Dewantara, Sam Ratulangi, K.H. Mas Mansur, Mr. Sartono, M. Tabrani, A.G. Pringgodigdo, dan sebagainya. Adapun susunan acara yang telah dipersiapkan adalah sebagai berikut:
Pertama, Pembacaan Proklamasi;
Kedua, Pengibaran Bendera Merah Putih;
Ketiga, Sambutan Walikota Soewirjo dan dr. Muwardi.
Lima menit sebelum acara dimulai Bung Hatta datang dengan berpakaian putih-putih. Setelah semuanya siap, Latief Hendraningrat memberikan aba-aba kepada seluruh barisan pemuda dan mereka pun berdiri tegak dengan sikap sempurna. Selanjutnya Latief mempersilakan kepada Ir. Soekarno dan Moh. Hatta. Dengan suara yang mantap Bung Karno mengucapkan pidato pendahuluan singkat. Kemudian dilanjutkan dengan pengibaran bendera Merah Putih. S. Suhud mengambil bendera dari atas baki yang telah disediakan dan mengikatkannya pada tali dengan bantuan Cudanco Latief Hendraningrat. Bendera dinaikkan perlahan-lahan. Tanpa dikomando, para hadirin spontan menyanyikan Indonesia Raya. Acara selanjutnya adalah sambutan dari Walikota Soewirjo dan dr. Muwardi.

Tokoh-Tokoh Yang Berperan Dalam Perumusan Awal Teks Proklamasi Dan Pelaksanaannya

Tokoh-Tokoh Yang Berperan Dalam Perumusan Awal Teks Proklamasi Dan Pelaksanaannya

            Sebagai warga negara Indonesia dan pecinta sejarah, kita harus menghargai jasa tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia. Bagaimana kita menghargai jasa-jasa para tokoh tersebut? Penghargaan kita terhadap jasa para tokoh proklamasi kemerdekaan Indonesia dapat kita wujudkan dengan melakukan berbagai hal, seperti:

1. Berziarah ke makam para pahlawan yang terlibat dalam peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia serta mendoakan mereka.

2. Melakukan upacara peringatan kemerdekaan dengan penuh hikmah.

3. Mengisi kemerdekaan dengan sebaik-baiknya. Sebagai pelajar, kita harus dapat mengisi kemerdekaan dengan balajar tekun supaya kelak bisa menjadi generasi penerus yang cerdas, terampil, dan berguna bagi bangsa dan negara.

4. Memperlajari riwayat para tokoh yang terlibat dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia. Setelah kita mengetahui riwayat hidup para tokoh tersebut, kita bisa meneladani hal-hal positif yang telah mereka lakukan. Dan sebagainya.


Tokoh-tokoh yang dimaksud adalah sebagai berikut:

No.
Nama Tokoh
Peran
1.
Chaerul Saleh.
Pimpinan rapat pemuda di Pegangsaan Timur.
2
Darwis dan Wikana.
Merupakan utusan untuk menyampaikan keputusan rapat pemuda kepada Soekarno-Hatta.
3.
Singgih, Sukarni, dan Yusuf Kunto.
Membawa Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok.
4.
Shudancho Subeno.
Komandan kompi tentara Peta di Rengasdengklok.
5.
Ahmda Subardjo.
Tokoh golongan tua yang menjemput Soekarno-Hatta untuk kembali ke Jakarta.
6.
Laksamana Maeda.
Angkatan laut Jepang yang bersimpati terhadap perjuangan bangsa Indonesia. Ia menyediakan tempat perumusan teks proklamasi.
7.
Soekarno, Moh. Hatta, dan Ahmad Subardjo.
Perumusan naskah proklamasi.
8.
Sukarni, Sayuti Melik, B.M. Diah, dan Sudiro.
Tokoh pemuda yang menyaksikan perumusan teks proklamasi.
9.
Sayoeti Melik.
Pengetik naskah proklamasi.
10.
Sukarni.
Pengusul yang menandatangani teks Proklamasi Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia.
11.
Ibu Fatmawati.
Pembuat bendera Merah Putih yang dikibarkan pada tanggal 17 Agustus 1945.
12.
Suhud dan Latif Hendradiningrat.
Pengibar bendera Merah Putih.
13.
Soekarno-Hatta.
Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia.

Perbedaan Pendapat Antara Golongan Muda Dan Golongan Tua Tentang Proklamasi

Perbedaan Pendapat Antara Golongan Muda Dan Golongan Tua Tentang Proklamasi

Akibat menyerahnya Jepang kepada Sekutu , di Indonesia terjadi Vacuum of Power artinya tidak ada satupun pemerintah yang berkuasa di Indonesia. Kekosongan kekuasaan ini dimanfaatkan sebaik - baiknya oleh Bangsa Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.
Setelah mengetahui bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu, para pemuda segera menemui Bung Karno dan Bung Hatta di Jalan Pengangsaan Timur 56 Jakarta. Dalam pertemuan itu Sutan Syahrir sebagai juru bicara para pemuda agar meminta Bung Karno dan Bung Hatta untuk segera mempersiapkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada saat itu juga, lepas dari campur tangan Jepang. Namun, Bung Karno tidak menyetujui usul dari para pemuda dengan alasan bahwa ia baru pulang dari Dalat, Vietnam. Dengan demikian, usaha parapemuda dan juru bicara Sutan Syahrir untuk membujuk Ir.Soekarno agar segera memproklamasikan Indonesia mengalami kegagalan.
Karena belum berhasil membujuk Bung Karno, maka pada tanggal 15 Agustus 1945 pukul 20.00 WIB para pemuda kembali mengadakan rapat di Laboratorium Bakteriologi yang dipimpin oleh Chaerul Shaleh. Keputusan rapat mengajukan tuntutan radikal yang menegaskan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hak dan persoalan rakyat Indonesia sendiri dan tidak dapat digantungkan pada orang dan kerajaan lain. Sebaliknya, diharapkan diadakan suatu perundingan dengan Ir.Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta agar segera menyatakan proklamasi. Hasil keputusan rapat disampaikan kepada Bung Karno pada pukul 22.00 WIB oleh Darwis dan Wikana . Wikana menghendaki agar proklamasi kemerdekaan Indonesia dinyatakan oleh Bung Karno pada tanggal 16 Agustus 1945.Mereka mengancam akan terjadi pertumpahan darah jika keinginana itu tidak dilaksanakan . Mendengar ancaman itu, Bung Karno marah Bung Karno sebagai ketua PPKI tidak dapat melepaskan tanggung jawabnya, sehingga bersikeras ingin membicarakan terlebih dahulu dengan anggota PPKI lainnya. Perbedaan pendapat tersebut sebagai berikut      :
a.     Golongan Muda
·        Menghendaki Proklamasi Kemerdakaan Indonesia diselenggarakan secepatnya tanggal 16 Agustus 1945
·        Menghendaki Proklamasi Kemerdekaan Indonesia terlepas dari pengaruh Jepang
·        Menganggap PPKI  buatan Jepang
·        Menganggap golongan tua sangat lamban
b.     Golongan Tua
·        Menghendaki cepat atau lambat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tidak penting, tetapi pada dasarnaya Proklamasi harus disiapkan secara matang
·        Menghendaki Indonesia dapat merdeka tanpa pertumpahan darah
·        Menghendaki proses Proklamasi Kemerdekaan melalui rapat PPKI
·        Golongan tua lebih bersikap hati - hati

PERISTIWA RENGASDENGKLOK

PERISTIWA RENGASDENGKLOK




1. Peristiwa Rengasdengklok 
Peristiwa Rengasdengklok sebenarnya adalah peristiwa dibawanya Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta oleh para pemuda ke Rengasdengklok dengan tujuan untuk mengamankan keduanya dari pengaruh Jepang. Latar belakang peristiwa ini adalah perbedaan kelompok tua dengan kelompok muda tentang  pembacaan teks proklamasi kemerdekaan. Peristiwa Rengasdengklok terjadi pada tanggal 16 Agustus. 1945 Setelah Ahmad Subarjo menengahi perdebatan antara golongan tua dan muda, dimana pada malam itu juga para tokoh dari dua kelompok pejuang tersebut kembali ke Jakarta untuk menentukan langkah selanjutnya.
2. Pernyataan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Perumusan teks proklamasi berlangsung hingga pukul 03.00, dikediaman perwira jepang yang bernama Laksamana Maeda, yang simpati akan perlawanan bangsa Indonesia menentang segala bentuk penjajahan, menurut rencana Ir. Soekarno, pembacaan teks proklamasi akan dilaksanakan di lapangan Ikada (lapangan Monas). Namun kemudian dialihkan di tempat kediaman Ir. Soekarno JL. Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta. Hal ini karena di lapangan Ikada sudah berjumpul pasukan Jepang bersenjata lengkap, kemudian untuk menghindari pertikaian antara tentara jepang dengan bangsa pribumi, akhirnya pembacaan tersebut diusulkan untuk dipindahkan ke kediaman Ir. Soekarno.
Upacara proklamasi dihadiri oleh sejumlah tokoh bangsa Indonesia dengan pengawalan pemuda. Icapa dimulai pukul 10.00 WIB dengan urutan sebagai berikut :
  1. Pemberian sambutan oleh dua anggota panitia
  2. Pemberian sambutan oleh Drs. Moh. Hatta
  3. Pembacaan teks proklamasi oleh Ir. Soekarno
  4. Pengibaran bendera merah putih oleh Latih Hendraningrat dan Suhud. 
      Sebenarnya peristiwa pembacaan ini hampir gagal, karena tadinya Ir. Soekarno tidak mau membaca teks Proklamasi jika tidak bersama M. Hatta. 
Namun pada pukul 09.55 Drs. Moh. Hatta akhirnya tiba, dan langsung masuk rumah untuk menemui Ir. Soekarno. Kedua pemimpin itu kemudian keluar menuju ruang depan. Setelah mengantarkan pidato singkat, maka tepat pukul 10.00 WIB Ir. Sukarno membacakan teks proklamasi dengan didampingi Drs. Moh. Hatta.
Setelah pembacaan naskah proklamasi, acara dilanjutkan dengan pengibaran Sang Merah Putih. Pada saat pengibaran berkumandanglah lagu Indonesia Raya karua WR. Supratman untuk mengiringinya.
3. Pengesahan UUD dan Pengangkatan Presiden dan Wakil Presiden
a) Mengesahkan UUD
UUD yang disahkan merupakan hasil siding BPUPKI tanggal 10 – 16 Juli 1945, yang masih berupa rencana UUD. Rencana UUD tersebut dibahas dalam siding PPKI tanggal 18 Agustus 1945. dalam pembahasan diadakan beberapa perubahan atas usul Bung Hatta, yaitu mengenai sila pertama Pancasila dan Bab III Pasal 6.
Sila pertama pancasila menyatakan bahwa “berdasarkan kepada Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” diubah menjadi "Ketuhanan Yang Maha Esa".
b) Memilih Presiden dan Wakil Presiden
Sewaktu sidang PPKI sedang membahas rencana UUD Bab III Otto Iskandardinata mengusulkan agar sidang pemilihan Presiden dan wakil Presiden tersebut dilakukan secara aklamasi. Ia mengajukan calon Ir. Soekarno menjadi presiden dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil presiden. Semua anggota menerima keputusan yang dilakukan secara aklamasi tersebut, sambil menyanyikan lagu Indonesia Raya, yang dinyanyikan saat kongres pemuda pada 28 oktober 1928.